top of page
Search

Bekerja sebagai petani

  • Azil Agustino
  • Mar 19, 2017
  • 1 min read

Dalam obrolan santai di lahan pertanian bersama pak Wa’ap (67 tahun) yang merupakan seorang petani, terlintas pertanyaan di dalam benak mengenai “Kapan petani naik kelas?” dan “Apakah petani tidak boleh kaya?”. Sepertinya pertanyaan semacam itu tidak akan terjawab dengan hanya direnungkan.

Obrolanku dengan pak Wa’ap seputar pertanian memberikan sebuah kesimpulan. Mindset mengenai petani terkesan ‘susah, berlumpur, kumuh, dekil, serta kurang berpendidikan’ masih terpatri hingga saat ini. Mengapa? salah satu ungkapan yang terucap oleh pak Wa’ap yaitu “petani gk pernah berada di posisi yg kuat” dengan kata lain nilai tukar petani di negeri ini tidak berimbang dengan produk dari industri lainnya. Bukan satu dua orang petani yang menginginkan produknya bernilai ekonomis tinggi.

Beberapa kenyataan pahit yang harus dirasakan oleh petani. Pada saat petani mulai diuntungkan dengan harga produk komoditas tinggi, operasi pasar dilakukan yang menyebabkan harga menjadi kembali stabil. Petani kembali harus menerima kenyataan bahwa harga komoditas pertanian akan kembali murah seperti sedia kala.

Mengutip sebuah pernyataan teman bahwa “petani di negara ini pada kenyataannya tidak pernah menjadi satu bagian dari strategi pembangunan jangka panjang, petani adalah objek politik yg sangat strategis”. Kenyataan-kenyataan pahit tersebut mungkin bisa menjadi salah satu penyebab mengapa regenerasi petani menjadi terhambat. Semakin sedikitnya generasi muda terdidik yang mau terjun pada sektor pertanian, sehingga pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kembali menjadi PR untuk kita generasi muda.

“Kapan petani naik kelas?” “Apakah petani tidak boleh kaya?”

Penulis: Azil Agustino

Ditulis pada tanggal 23 September 2014


Stay Up-To-Date with New Posts

Search By Tags

  • Black Facebook Icon
  • Black Instagram Icon
  • Black Twitter Icon

© 2017 by Teras Petani. Proudly created with Wix.com

bottom of page